Aku pejuang garis dua dengan usia pernikahan 10 tahun. Aku sangat suka anak-anak dan mengagumi para perempuan yang sudah menjadi ibu. Aku sangat memahami bahwa menjadi ibu tidaklah mudah, baik itu ibu bekerja kantoran maupun ibu rumah tangga merawat anak dirumah. Pada perempuan sering kali menempel stigma bahwa sudah kodratnya perempuan merawat anak. Masa iya hanya perempuan? Ikhlas? Demi pahala? Faktanya perempuan lebih banyak menghabiskan waktu untuk merawat anak 3-4 kali lipat lebih banyak daripada laki-laki lho.
Kemampuan perempuan dengan multitaskingnya dalam merawat anak lebih diandalkan dan bisa dianggap sebagai pekerja perawatan. Yes, pekerja perawatan bukan hanya mereka yang bergerak di bidang medis. Wah berarti harus diapresiasi donk? Pastinya! Menurut standar statistik ketenagakerjaan internasional di tahun 2013 menetapkan bahwa perawatan yang tidak dibayar adalah suatu pekerjaan.
Banyak orang masih menganggap bahwa pekerjaan perawatan secara resminya hanya bisa dipegang oleh tenaga medis. Padahal faktanya pekerjaan perawatan adalah kegiatan atau tugas personal, baik secara langsung maupun tidak langsung dilakukan kepada yang dirawat. Sebagai contoh jika kamu memiliki anak, memberinya makan, mengasuhnya, membimbingnya, merawat ketika sakit, memberikan perhatian, dan banyak tugas lain tak terhingga yang dilakukan sebagai seorang ibu itu adalah pekerjaan yang selayaknya mendapat dukungan dan apresiasi baik dari keluarga maupun negara. Kalau dalam istilah bahasa inggrisnya disebut sebagai profesi care worker (pekerja perawatan).
Fenomena Titip Anak
Berat ya kalau ada kata negara. Tenang dulu, tarik napas dulu. Aku mau sharing seputar fenomena yang dialami para ibu bekerja. Terkadang aku juga dititipin anak teman tetangga rumah ketika jadwal pekerjaan temanku bersamaan dengan jadwal bekerja suaminya. Sehingga sang anak dititipkan padaku. Tentu saja dengan senang hatiku membantunya. Anak teman dititipkan hanya sebentar sekitar 1-2 jam saja. Aku tidak pernah meminta apapun dari temanku itu dan terkadang temanku membawakanku tehThailand sebagai penghibur. Aku tahu temanku menitipkan anaknya kepadaku karena merasa kenal, aman dan sang anakpun nyaman bermain denganku. Senang juga hatiku dipercayakan.
Aku tinggal di rumah susun yang isinya banyak pasangan muda yang memiliki anak dan ibu bekerja. Hal ini menimbulkan situasi di atas dan adanya jasa day care rumahan. Iyup aku menyebutnya rumahan karena anak yang dititipkan, dirawat dirumah yang memiliki jasa tersebut sekitar 7-8 jam dengan biaya 55 ribu rupiah. Harga yang sangat terjangkau untuk day care. Biasanya yang membuka jasa day care rumahan ini adalah perempuan yang memiliki anak dan dianggap sudah berpengalaman merawat anak.
Jasa day care yang profesional dengan segala fasilitasnya dirasa cukup mahal oleh sebagian ibu yang bekerja. Jasa day care rumahan menjadi pilihan karena harganya yang cukup terjangkau. Menurut ILO (International Labour Organization) menyebutkan hanya 1 dari 10 calon orang tua yang memiliki akses ke layanan pengasuhan anak yang gratis atau terjangkau serta hanya 21 negara dari 178 negara yang memberikan pelayanan pengasuhan anak untuk usia 0-2 tahun dalam peraturan. Solusi lainnya bagi ibu bekerja yang memiliki anak adalah menitipkan anak kepada kakek, nenek, om atau tantenya.
Sejatinya perempuan bekerja dan yang merawat anak di rumah itu sama-sama bekerja. Layak untuk dihargai. Begitupun adanya day care rumahan yang menurutku perlu diberikan perhatian dari pemerintah. Day care juga bisa berperan dalam pengasuhan pendidikan anak sejak usia dini. Macam ragam layanan perawatan dan pendidikan anak sejak usia dini antara lain layanan yang dikelola LSM (Lembaga swadaya masyarakat), layanan berbasis organisasi keagamaan, layanan pengasuhan anak berbasis koperasi, layanan pengasuhan anak yang dikelola perusahaan untuk memudahkan ibu bekerja, pengasuh yang kerumah dan penitipan anak harian berbasis keluarga seperti day care rumahan,
Kerja Layak Untuk Semua
Kebutuhan perempuan sebagai ibu bekerja maupun perempuan yang merawat anaknya dirumah sebagai ibu rumah tangga perlu diperhatikan. Menurut Konvensi ILO 183 tentang Perlindungan Maternitas menyebutkan bahwa perempuan bekerja berhak mendapatkan 14 hingga 18 minggu cuti melahirkan (rekomendasi no.191). Tunjangan cuti tidak boleh kurang dari dua pertiga dari penghasilan sebelumnya. Namun sebanyak 649 juta perempuan tinggal di negara yang belum memenuhi standar dari ILO tersebut. Hanya 98 dari 185 negara yang sudah mengikuti standar ILO 183. Faktanya di Indonesia, perempuan hanya mendapatkan 13 minggu cuti hamil dengan jumlah tunjangan cuti melahirkan setara dengan 100% dari penghasilan sebelumnya.
Kebijakan Perlindungan Perawatan |
Sebanding dengan laki-laki sebagai pendamping dalam rumah tangga juga layak mendapatkan cuti ayah. Apa itu cuti ayah? Cuti ayah adalah cuti yang bisa diambil laki-laki di saat istrinya melahirkan, digunakan untuk mendampingi istri selama dan setelah melahirkan. Kebayang kan bagaimana perlunya perempuan didampingi saat melahirkan apalagi jika itu adalah kelahiran pertama dalam keluarga. Benar-benar membutuhkan banyak dukungan dari pasangan.
Ada 33 negara dari 115 negara yang sudah menerapkan cuti ayah. Cuti ayah diberikan dalam durasi berbeda pada tiap negara tergantung dengan kebijakan masing-masing. Durasi cuti lama terpanjang adalah 30 hari lebih yang sudah diterapkan di 10 negara. Durasi cuti ayah 16-29 hari sudah diteapkan di 3 negara, durasi 10-15 hari sudah diterapkan di 36 negara, durasi 5-9 hari sudah diterapkan di 27 negara, dan durasi 1-4 hari sudah diterapkan di 39 negara.
Di Indonesia, cuti ayah diberikan sebanyak 2 hari bersamaan dengan cuti melahirkan. Tunjangan cuti ayah jumlahnya setara dengan 100% dari penghasilan sebelumnya. Baik ayah maupun ibu tidak perlu khawatir gaji dipotong jika kebijakan cuti melahirkan ibu dan cuti ayah mendampingi diterapkan dengan sebaiknya.
Tentunya diperlukan kesepakatan banyak pihak untuk mewujudkan agar layak untuk semua dan tidak terjadi kesenjangan. Pengasuhan anak dalam masyarakat dan adanya kesepakatan bersama diharapkan bisa meningkatkan kesempatan kerja layak bagi ibu bekerja, penciptaan lapangan kerja, produktifitas, dan pengembangan kognitif pada anak. Itu semua bisa diawali dari keluarga dengan menerapkan 3R yaitu recognize, reduce, dan redistribute. Kata sederhananya adalah saling memahami, mengurangi beban dengan saling berbagi tugas. Jika 3R diterapkan dalam keluarga maka layak mendapatkan 2R yaitu reward seperti apresiasi dan representative yaitu mencontohkan kepada yang lain kerjasama dalam rumah tangga dengan 3R yang berhasil.
3R |
Perempuan memang dilahirkan lebih kuat maka dititipkannya rahim pada perempuan untuk melahirkan keturunan. Perlu adanya woman support woman dan dari pasangan itu benar adanya. Mari mulai dari keluarga dulu sehingga bisa terwujud keluarga yang mampu menjadi contoh untuk yang lain dan menyuarakan bersama kebijakan yang layak bagi semua. #MerawatpunBekerja #CareEconomy
-RGP-
,♥️♥️♥️
ReplyDeleteNicee
ReplyDeleteDaycare sebenarnya membantu peran ibu di rumah, ya. Tapi bukan bermaksud untuk menggantikan peran Ibu. Dan bagi ibu yang memaksimalkan adanya Daycare ini bukan berarti ibu yang menghilangkan tanggung jawab untuk mengurus anaknya. Sempat ramai kemarin ada yang meributkan masalah begini. Padahal, jadi Ibu itu banyak dan berat pastinya. Semoga ibu-ibu dan perempuan dimanapun berada tetap kuat. Yuk bisa woman support woman dalam hal kebaikannya :)
ReplyDeleteGood !!!
ReplyDeleteMemang multitasking aku rasakan sendiri si moms, bisa sembari mencuci baju, mencuci piring sekaligus masak. Harus disadari atau ngga kalau kita itu hebat haha
ReplyDeleteKami dulu juga merasa berat karena di Bandung Jasa day care profesional harganya selangit.
ReplyDeleteDan itu pun masih terasa kurang efisien karena di tempat yang kurang dikenali sang anak. Paling nyaman Jasa day care rumahan. Karena anak-anak tetap membutuhkan ruang bermain dan explorasi yang luas namun tetap terasa aman bagi mereka.
Bisa disebut pekerjaan dn kodrat kita sebagai perempuan..masa2 paling paling rentan anak2 usia balita yg butuh ekstra tenaga dn perhatian..krn masa2 emas anak tumbuh kembang..dn rentan dengan sakit
ReplyDeleteKodrat atau pekerjaan merawat anak perlu diapresiasi dgn setinggi nya. Peran orangtua sangat penting dalam tumbuh kembang anak
ReplyDeleteKodrat namun jika disebut pekerjaan dan layak mendapat apresiasi itu boleh juga
ReplyDeleteRina
Menurutku, merawat itu bukan kodrat tapi bekerja, makanya harus diapresiasi & di support, ga boleh disepelein
ReplyDeleteperanan seorang wanita memang selalu seru untuk dibahas, namun apapun profesinya, tugas seorang ibu tetap sama yaitu merawat, melindungi dan memberi kasih sayang pada anak-anaknya
ReplyDeleteKodrat pun juga layak untuk dihargai karena menjadi orang tua tidaklah mudah
ReplyDeleteRio
Iya..yaa semoga jadi ladang amal buat kita para ibu (iRT), maupun yang karir..Lumrah nya memang sudah Naluri perempuan untuk selalu mau dekat/mengasuh anak. Namun ..para Suami pun juga boleh kok ambil bagian dari Quality parenting schedule..jadi ngga harus melulu pihak perempuan yang wajib dalam mengasuh anak
ReplyDeletenice article..
ReplyDeleteMerawat anak itu kewajiban setiap orang tua, entah ibunya working mom atau full timeline mom. Semuanya punya kewajiban yg sama dalam merawat anak.
ReplyDeleteWahhhh. Ini pembahasannya bagus banget. ❤️ aku mau share ke temen temen aku biar mereka juga tau. Makasih kataresi.
ReplyDeleteSulitnya adalah ketika terbentur antara jenis pekerjaannya apa dan bagaimana berkomitmen bersama. Jumlah Anak juga sangat penting utk jadi pertimbangan..karena bukan saja berpengaruh pada faktor psikis, tapi juga minimnya kesadaran utk mengelola tanggungjawab setelah menjadi Suami Istri, utamanya berperan sbg Orangtua.
ReplyDelete👏🏼👍👌🏽❤️
ReplyDelete❤️❤️❤️❤️
ReplyDelete
ReplyDeletePertanyaan ini sering kali menciptakan debat menarik, karena melibatkan nilai-nilai personal, pilihan hidup, dan pandangan masyarakat. Sebenarnya, merawat anak dan bekerja bukanlah pilihan eksklusif. Banyak orang yang berhasil menyeimbangkan keduanya dengan mengintegrasikan tanggung jawab keluarga dan karier.
Mantap
ReplyDeleteSepertinya kalau merujuk pada Ayat Al-Qur'an, mengandung hingga merawat anak memang kodratnya manusia yaa..
ReplyDeleteJadi, sangat beruntung sekali ketika kewajiban sebagai orangtua didukung oleh negara sepenuhnya. Malah ada yang sampai membiayai biaya kelahiran hingga usia sekolah. Nyaman banget.
Bismillah ya Kak Resi, Allah menyiapkan segala hal indah untukmu, di desa sini belum ada penitipan anak gitu paling momong gitu ya istilahnya. Semoga kita dimampukan untuk terus menjadi orangtua yang bisa membimbing anak sepenuhnya aamiin.
ReplyDeleteRelevan sekali ya dengan kehidupan sekarang. Jaman srkarang bekerja atau tidaknya istri ibu rumah tangga tergantung dr kesepakatan bersama ya. Semua dikembalikan lagi kepada kedua pasangan. Baik tidaknya bagaimana.
ReplyDeletePerempuan itu emang lebih banyak merawat anak daripada laki-laki. Aku sendiri suka anak-anak dan sebenarnya gak terlalu bermasalah kalau dititipi, asal anaknya mau aja. Well, apa pun yang mendukung untuk kebaikan perempuan, baik yang bekerja atau jadi IRT, ku akan mendukungnya
ReplyDeleteUntuk ibu-ibu yang kebetulan sedang bekerja, daycare menjadi solusi, semoga semua ibu-ibu di Indonesia sehat sehat selalu aamiin
ReplyDeleteSaya jadi mellow pas baca artikel ini, sebagai Ibu bekerja, saya juga tiap weekday ninggalin anak buat dititipkan ke Ibuk karena di tempat saya belum ada day care seperti itu. Tapi baik itu Ibu bekerja maupun Ibu rumah tangga, mari kita saling merangkul. Hiks :')
ReplyDeleteSebagai orang tua yang sering nitip anak ke daycare, tentu saja aku berharap ada daycare yang terjangkau biayanya tetapi layanannya baik. Sayangnya sekarang yang tersedia lbh banyak daycare bagus tapi harga juga cakep. Jd kita kerja sebenarnya buat apa? buat bayar daycare ajaa huhu.
ReplyDeleteButuh banget perhatian komunitas maupun pemerintah untuk mewujudkan daycare yang diharapkan supaya ortu pun bisa bekerja dengan lebih tenang ya.
Mantaaap
ReplyDelete