Satu lagi film Indonesia yang mengangkat
tentang sejarah Batavia yang diselimuti kisah romansa dua sejoli di jamannya, filmnya
berjudul “Sara&Fei, Stadhuis Schandaal”. Kebetulan aku berkesempatan hadir
bersama tim blogger lainnya dalam Konferensi Pers dan Screeningnya jumat (20/7)
lalu di Metropole, Cikini. Hadir saat itu ada sang sutradara, Adisurya Abdy
yang sudah tidak asing di dunia industri perfiliman. Meski sempat vakum belasan
tahun sebelumnya namun Adisurya Abdy tidak pernah berhenti menulis skenario
film.
Memang terdengar rumit judulnya untuk
diucapkan maupun diketikkan. Stadhuis adalah bahasa Belanda yang artinya balai
kota. Stadhuis pada masa 400 tahun lalu kini dikenal sebagai Museum Sejarah
Jakarta (Fatahillah). Dalam film ini unsur sejarah dikemas dengan konsep
kekinian dengan sedikit efek untuk memperlihatkan latar suasana penjajahan Belanda.
Film ini menurutku sedikit spooky dengan kemunculan sosok hantu yang cantik dan
anggun bernama Sara sang hantu cantik yang digambarkan berdarah campuran
Belanda dan Jepang yang konon adalah anak dari hasil hubungan gelap jenderal
dengan wanita Jepang.
Sara yang diperankan oleh Tara Adia muncul
di hadapan Fei yang diperankan oleh Amanda Rigby sebagai pemeran utama wanita.
Fei digambarkan sebagai seorang mahasiswi Ilmu Budaya yang sedang mengambil bahan
studi tentang sejarah Kota Tua. Di kawasan Kota Tua itulah Sara memperlihatkan
sosoknya kepada Fei dan membawa Fei kembali ke jaman Sara semasa hidup, sekitar
tahun 1628. Sara ingin Fei menyampaikan kebenaran tentang kisah cintanya yang
terhalang.
Kisah Pieter dan Sara adalah sebuah
kisah nyata masa itu. Pieter yang diperankan oleh Mikey Lie hanyalah seorang
perwira biasa dengan sosok tubuh yang gempal. Sara jatuh cinta dengan ketulusan
hati Pieter. Sejoli itu kemudian menjalin cinta diam-diam karena perbedaan
status mereka. Hubungan Sara dan Pieter terhitung terlarang saat itu. Pada masa
penjajahan Belanda jika melakukan perzinahan, perselingkuham, dan percintaan
beda kasta atau ras dianggap tabu dan bisa dijatuhi hukuman mati.
Tim Blogger |
Sara ternyata masih terhitung buyutnya
buyut atau keluarga dari ibunya Fei. Terlihat dari Fei yang berwajah campuran.
Di kehidupan masa kini yang dijalani Fei pun mengalami dilema dalam kisah
cintanya. Sang mantan Chiko yang diperankan Hanny Hawakin terus berulah. Hadir
Danny Wong (Volland Volt) sebagai rekan bisnis ayah Fei mengisi hati Fei.
Benang merah kisah Sara dan Fei ada pada
kisah cinta dan kalung peninggalan Sara yang ternyata sangat berharga di masa
kehidupan Fei. Konflik batin dan perebutan kalung menjadi klimaks dalam film
ini. Ditutup dengan bahagianya Sara ketika kisahnya dibukukan oleh Fei. Untuk
lebih lengkapnya kamu bisa nonton langsung filmnya mulai 26 Juli 2018.
Kesan Tentang Film Stadhuis Schandaal
Banyak pemain baru yang ada dalam film
ini dengan kualitas akting yang terbilang bagus. Aku suka akting dari Amanda yang
terkadang jaim dan terkadang terlihat manja di depan keluarganya. Akting Tara
justru aku suka ketika dia menjadi sosok hantu. Ekspresinya yang penuh misteri
dibalik keanggunannya patut diacungi jempol. Untung saja tidak ada tangis sedih
seperti yang biasa ada di film hantu.
Untuk akting Hanny alias Chiko menurutku
sedikit kaku saat terobsesi mengejar Fei tetapi terlihat natural saat terlihat
depresi. Akting Volland terlihat bagus, menunjukkan sosok dewasa dan mapan. Banyak
pemain muda dan baru yang ikut meramaikan dalam film perdana garapan Xela
Pictures ini.
Untuk akting para senior sudah tidak
perlu diragukan lagi disini seperti Anwar Fuady, George Mustafa, Rowiena Umboh,
Rensy Milano, Tio Duarte, Septian Dwi Cahyo, Iwan Burnani, Aby dan Zabit El
Zufri. Produser, Omar Jusma pun optimis dengan film ini berkat akting para
pemainnya. -RGP- #StadhuisSchandaal
Comments
Post a Comment