Sudah tahu belum kalau
Indonesia yang sangat rawan bencanca mempunyai Hari Kesiapsiagaan Bencana yang
jatuh setiap tanggal 26 April. Dalam Hari
Kesiapsiagaan Bencana tahun ini aku ikut serta bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan
Komunitas Blogger Mungil (Blomil) dalam kegiatan “Siaga bencana dimulai dari
diri kita, keluarga dan komunitas”. Kegiatan bertujuan untuk membangun kesadaran
dan kewaspadaan bersama terhadap bencana.
Indonesia merupakan wilayah
yang terletak di antara tiga lempeng tektonik yaitu, lempeng Eurasia, lempeng
Pasifik, dan lempeng Hindia-Australia yang menyebabkan Indonesia sangat rentan
terhadap berbagai bencana, mulai dari gempa bumi, tsunami, letusan gunung api
hingga bencana geologi lainnya. Ancaman bahaya gempa bumi yang paling banyak tersebar
di Indonesia. Aku sendiri pernah merasakan gempa bumi susulan dari letusan
gunung api di Yogyakarta. Gempa bumi serasa ada naga raksasa yang bergerak di
bawah tanah, kebetulan saat itu aku sedang duduk di lantai di rumah paman. Aku terbayang
bagaimana paniknya penduduk yang sangat dekat dengan titik gempa bumi.
Lempeng Tektonik di Indonesia - kataresi |
Untuk itu kita perlu menyadari
kondisi Indonesia yang sangat rawan bencana ini dan mengajak partisipasi banyak
orang untuk budaya sadar bencana, kenali bahayanya, kurangi resiko agar siap untuk selamat. Pemerintah pusat dan daerah juga turut
serta menjadi penanggung jawab penyelenggaraan penanggulangan bencana sesuai UU
Nomor 24 Tahun 2007. Bencana sering terjadi tanpa peringatan sehingga kita
perlu membekali diri dengan rencana kesiapsiagaan untuk menghadapi bencana.
1. Memasang aplikasi di handphone yang
dapat membantu menghadapi bencana
Ada berbagai macam aplikasi yang bisa memberitahukan keadaan
dan kondisi alam yang bisa berpotensi bencana. Salah satunya adalah aplikasi MAGMA Indonesia yang asli karya anak Indonesia.
2. Menyusun rencana darurat bencana
Setiap keluarga setidaknya harus memiliki rencana darurat
untuk menghadapi bencana mulai dari menentukan titik kumpul, menyimpan nomor
kontak penting/darurat, mengetahui rute evakuasi, identifikasi titik aman dan
identifikasi anggota keluarga.
3. Menyimpan 10 benda yang akan
dibutuhkan saat bencana
Anjurkan kepada orang di sekitarmu untuk mempersiapkan 10
benda berikut untuk menghadapi bencana seperti air minum dan makanan untuk 3-10
hari, obat P3K, obat pribadi, lampu senter dengan baterai tambahan, radio,
uang, dokumen penting dalam satu tempat, pembersih higienis, pakaian, sepatu, jaket,
dan peralatan sarung tangan, masker, pisau serbaguna, ataupun pelindung kepala.
4. Menyimak informasi dari berbagai
media dan sumber resmi
Kita harus rajin memantau perkembangan informasi yang terjadi saat menghadapi
bencana untuk mengetahui apakah kondisi sudah aman atau belum dan memutuskan
untuk tetap tinggal atau berpindah tempat.
Simulasi Evakuasi Mandiri Serentak (Evacuation Drill)
Di Hari Kesiapsiagaan
Bencana (HKB 2018), BNPB mengajak seluruh pihak secara serentak dan mandiri
melakukan simulasi evakuasi mandiri serentak di berbagai daerah. BNPB dengan
bantuan Orari memantau simulasi secara online
dengan peserta sekitar 25 juta orang. Semua aparatur pemerintah pusat, kementerian/lembaga
usaha, anggota TNI, anggota POLRI, organisasi kemasyarakatan, perusahaan,
akademisi maupun sekolah dan perguruan ikut serta serempak dalam simulasi di
berbagai daerah.
Aku bersama Tim Blomil
mengikuti dan melihat langsung simulasi di gedung BNPB. Ada empat lantai utama
yang menjadi sorotan simulasi dari keseluruhan gedung BNPB. Di lantai 2
terdapat daycare, di lantai 3
terdapat komunitas tunarungu, di lantai 5 pusat titik penyelamatan dan di
lantai 10 adalah ruang Kepala BNPB Laksamana Muda TNI (Purn.)
Willem Rampangilei yang juga akan melakukan simulasi penyelamatan repling.
Kepala BNPB |
Simulasi dimulai dengan
sirene gempa bumi (uji sirine peringatan dini) di gedung BNPB serentak tepat pukul
10. Usahakan ketika mendengar bunyi sirene untuk tidak panik dan tidak egois mementingkan
diri sendiri. Lindungi diri dengan membungkuk dan berlindung di bawah meja atau
tempat aman. Jika sedang berada dalam gedung hindari menggunakan lift saat
bencana lebih baik mengunakan tangga darurat evakuasi saat menyelamatkan diri
dan tetap melindungi kepala dengan tangan. Dahulukan menyelamatkan anak-anak
dan wanita saat bencana. Seperti simulasi yang terjadi di lantai 2 tempat
anak-anak berkumpul di day care
gedung BNPB.
Saat simulasi terjadi aku
berada di lantai 10 dan melihat asap berwarna jingga dinyalakan petugas sebagai
tanda simulasi kebakaran dimulai. Kepala BNPB pun bersiap rafling dan
dipasangkan alat pengaman oleh petugas. Kepala BNPB menyaranan agar setiap
lantai di gedung BNPB atau gedung manapun setidaknya mempunyai peralatan
penyelamatan seperti yang dipakainya. Setelah asap simulasi kebakaran habis, Kepala
BNPB pun mulai melakukan repling turun kebawah bersama petugas penyelamat dari
lantai 10. Dari atas terlihat mobil BNPB, tandu, ambulan dan mobil kebakaran
siap siaga dalam simulasi ini.
Dari bawah pun terlihat
simulasi penyelamatan dari lantai 5 baik yang dilakukan perorangan ataupun dengan
tandu. BNPB juga menunjukkan simulasi kerja regu penyelamat bencana mulai dari
simulasi alat airbag yang bisa mengangkat beban seberat 50 ton dan alat penghancur
beton. Ternyata peralatan regu penyelamat bencana itu sangat banyak dan tidak
ringan. Aku salut dengan kerja regu penyelamat saat melihatnya dan membayangkan
kenyataannya bahwa mereka harus bekerja dalam kondisi bencana yang sangat penuh
halangan.
Simulasi Penyelamatan Korban dari Lantai 5 |
Simulasi Kerja Penyelamatan Korban |
Simulasi Kerja Regu Penyelamat |
Prescon Hari Kesiapsiagaan Bencana |
Simulasi kesiapsiagaan
bencana harusnya rutin dilakukan di semua daerah dan semua kalangan. Dalam 5
tahun terakhir sebanyak 86% penduduk Indonesia tidak pernah melakukan latihan
simulasi kesiapsiagaan bencana seperti dalam HKB 2018 ini. Kita harus bantu menyebarkan rencana
kesiapsiagaan kepada semua orang yang kita kenal untuk selamat menghadapi bencana.
-RGP- #BudayaSadarBencana #SiapUntukSelamat
Comments
Post a Comment