Menyambut Hari Keluarga
Nasional pada 29 Juni mendatang, BKKBN (Badan Kependudukan Keluarga Berencana
Nasional) mengadakan meetup bersama komunitas blogger yang diwakili oleh
Blogger Plus Community di 15 Mei lalu. Sebanyak 50 blogger yang hadir berkumpul
bersama di Museum Penerangan, TMII (Taman Mini Indonesia Indah) semangat untuk
mengenal Kampanye Cinta Terencana dari BKKBN. Apa sich yang dimaksud Cinta
Terencana?
Jalan Panjang Ibadah dalam Rumah Tangga |
Keluarga adalah pondasi
dari segala kehidupan. Dari keluargalah kita mengenal cinta dan kasih sayang
yang berasal dari kedua orang tua kita sejak kita lahir di dunia. Mengenal
kasih sayang dari ibu yang sudah melahirkan kita dan dari bapak yang sudah
membimbing kita untuk menjadi pribadi yang kuat. Semua kenangan keharmonisan
keluargaku selalu tersimpan rapi di hati.
Keharmonisan keluarga
tidak bisa dipungkiri sangat terasa ketika keluarga bersatu berkumpul. Orangtua
akur dan anak-anakpun ikut merasakan kekompakan orang tua yang tiada
menunjukkan egonya di depan anak. Ketika anak sudah beranjak dewasa sudah bisa
mengerti mana yang baik dan buruk. Tak pelak anak ikut serta dalam pengambilan
keputusan dalam permasalahan keluarga. Sebagai anak pertama dalam keluarga itu
yang kurasakan dan iya aku bisa bilang keluargaku sudah terpecah empat tahun
lalu. Semua yang terjadi pada orang tuaku menjadi pembelajaran bagiku dalam
memilih pasangan dan berumahtangga.
Saling menghargai |
Untuk mendapatkan
keluarga yang bahagia dan langgeng diperlukan rencana. Namanya manusia sudah
menjadi tugasnya di dunia untuk berencana dan belajar menjalani kehidupan. Saling mendengarkan, berbicara, membuka diri,
dan saling menghargai menjadi kunci keberhasilan harmonisnya keluarga menurut
Roslina Verauli, psikolog yang menjadi salah satu pembicara di Meetup BKKBN
bersama Blogger Plus. Aku sepakat dengan hal tersebut, kunci utamanya memang
ada di komunikasi sebagai pondasi keluarga. Komunikasi dengan pasangan yang
baik bisa menumbuhkan rasa kepercayaan. Pasangan menjadi semakin erat karena
tahu terlebih dahulu langsung dari pasangannya dan bukan orang lain. Dengan
begitu pasangan akan jadi lebih menghargai hingga timbul perasaan betapa
berartinya dirinya sebagai pasangan.
Roslina Verauli |
Memilih pasangan untuk
menemani kita dalam berumahtangga juga perlu dilihat B3nya, bibit, bebet, bobot
kalau kata orang Jawa seperti keluargaku. Aku sebagai muslim lebih memilih
pasangan juga dari muslim meskipun aku terlahir dari orangtua yang berbeda
agama. Memilih yang bisa menjadi iman, baik sholatnya dan sayang kepada
keluarga kita biasanya sudah menjadi syarat mutlak. Alhamdullilah aku bersyukur
bisa mendapatkan pasangan yang seperti itu, bersama membangun rumah tangga
dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Salam Genre untuk Cinta Terencana
Dulu sebelum menikah
pasti ada impian “ah aku maunya nikah umur 27” atau “ah maunya nikah setelah
lulus s2” dan semacamnya. Aku pun dulu seperti itu, berencana nikah setelah
pekerjaan mapan di usia 27 namun takdir berkata lain. Seberapa lamapun kita
menjalin hubungan terkadang hanya seijin Allah yang menentukan untuk bersatu di
pelaminan. Usia 20 tahun untuk perempuan dan usia 25 tahun untuk laki-laki
adalah usia tepat untuk merencanakan dan menjalankan pernikahan versi BKKBN
menurut informasi dari Eka Sulistya Ediningsih, Direktur Bina Ketahanan Remaja
BKKBN.
Eka Sulistya E - BKKBN |
Pemerintah sudah sejak
lama mengantisipasi pernikahan dini yang memiliki banyak kelemahannya. Untuk
membina rumah tangga diperlukan kesiapan mental yang utama. Rumah tangga bukan
hanya sekedar pacaran yang bisa putus begitu saja. Tali pernikahan hanya bisa
putus melalui kata cerai, itupun juga harus melalui sidang dari lembaga agama
masing-masing. Menahan ego diri dan berusaha memahami harus dilakukan untuk
membina keutuhan rumah tangga. Semakin matang usia maka semakin matang juga
cara berpikir dan mengambil kebijakan dalam rumah tangga.
Selain usia yang matang
untuk mendapatkan pernikahan yang baik juga harus berasal dari pribadi pasangan
yang baik. Salam Genre hadir untuk menciptakan pasangan muda mudi yang Sehat,
Cerdas dan Ceria melalui motonya. Sehat jasmani dan rohani, hidup dengan menjauhi
diri dari narkoba, cerdas dalam bersikap, bermasyarakat dan ceria selalu. Konon
keceriaan itu bisa menular, menyebarkan aura positif kepada setiap orang
apalagi kepada pasangan. Ketika pasangan hadir dengan menjalankan moto Salam
Genre, setidaknya pondasinya untuk membina keluarga lebih terarah. Tidak ada
salahnya kita juga bisa mengingatkan kepada siapapun untuk lebih berhati-hati
dalam memilih pasangan, bijak memilih yang bertanggungjawab dan bisa saling
dalam segala hal. Satu sich kuncinya kalau menurut pendapat aku hanya lelaki
sejati yang berani datang untuk melamar kepada pihak keluarga. Jangan pernah
percaya janji-janji selama menjalani hubungan karena hanya akan membuang
waktumu. Selagi muda fokuslah berkarya, mencoba berbagai hal untuk mendapatkan
pengalaman yang berharga dalam kehidupan ini karena hidup hanya sekali untuk
dinikmati dan disyukuri.
Tulisan ini dilombakan
untuk kompetisi blog BKKBN – Resi Prasasti
Comments
Post a Comment